Perkembangan dunia teknologi dan informasi dewasa ini, telah banyak memberikan kemudahan bagi semua kalangan masyarakat. Tidak peduli siapa, di mana atau kapan pun berada. Mereka semua bisa menggunakannya. Teknologi yang berkembang pun sudah demikian maju dan canggih. Bahkan dunia informasi keberadaannya saat ini seperti layaknya kacang goreng, murah meriah dan tidak susah untuk didapatkan. Teknologi dan informasi tidak lagi menjadi barang mahal yang sulit untuk diperoleh.
Melihat perkembangan teknologi dan informasi di era gobalisasi ini, maka sudah sepantasnya lembaga pendidikan untuk membuka mata dan telinga serta memanfaatkannya secara maksimal. Mulai dari lembaga pendidikan tingkat dasar (SD,SLTP,SMLTA-red) sekarang juga telah menyediakan fasilitas berupa laboratorium tempat penelitian atau internet yang dapat diakses secara mudah tanpa dipungut biaya. Tentu saja yang menjadi perhatian di sini, sudahkah lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi memanfaatkan secara maksimal atau menjadi bagian dari perkembangan dunia teknologi dan informasi yang ada saat ini? Tidak hanya perguruan tinggi umum saja tapi juga perguruan tinggi agama selayaknya juga harus peka terhadap teknologi, jangan gaptek (gagap teknologi).
Lalu bagaimana halnya dengan yang terjadi di kampus Islami kita saat ini? Di sini sebenarnya kita tidak ingin membanding-bandingkan kampus IAIN Imam Bonjol Padang dengan kampus lainnya yang ada di kota Padang dalam hal tanggap teknologi dan informasi. Jika kita melihat hanya dari segi pemakaian teknologi yang tepat guna seperti handphone, tentunya sudah bukan barang baru lagi. Hampir setiap mahasiswa ataupun unsur-unsur yang ada di Kampus IAIN Imam Bonjol Padang seperti, dosen, karyawan, bahkan penjaga kantin pun menggunakan dan memiliki handphone untuk berkomunikasi. Namun bagaimana memanfaatkannya itu semua tergantung kepada mereka.
Lain halnya jika kita bertanya, apakah lembaga pendidikan yang telah berdiri lama ini telah maksimal dalam pemanfaatan teknologi yang berkaitan dengan informasi. Jawabannya sangat mudah, sama sekali belum. Seperti yang kita lihat dan sadari semua hal yang berkaitan dengan proses akademis masih berjalan manual. Semuanya masih dikerjakan secara sederhana. Dapat dicontohkan dalam proses daftar ulang mahasiswa tiap semesternya. Jika kita masih ingin terdaftar sebagai mahasiswa di kampus Islami ini, kita harus menyewa travel dan meninggalkan kampung hanya untuk sekedar membayar uang SPP pada semester berikutnya. Untuk mengetahui bagaimana hasil proses belajar mengajar selama 1 semester dalam jangka waktu yang cukup lama, 6 bulan. Berbeda halnya dengan kampus lainnya yang cuma memerlukan waktu 2-3 minggu saja. Padahal untuk hal-hal “mudah” semacam ini teknologi informasi sudah banyak tersedia.
Kenapa IAIN IB Padang sebagai perguruan tinggi agama tertua di Sumatera masih lamban dalam memanfaatkan itu semua? Satu yang bisa dibanggakan dalam hal ini karena kampus ini ternyata sudah punya Website, namun mirisnya Website ini ternyata sampai detik ini tidak pernah berubah sejak Tahun 2005. hal ini ditandai dengan kabar-kabar tentang IAIN IB yang tidak update. Semua berita yang dimuat tentang kampus ini sudah kadaluarsa .
Ade Faulina
Wakil Pemimpin Umum
Melihat perkembangan teknologi dan informasi di era gobalisasi ini, maka sudah sepantasnya lembaga pendidikan untuk membuka mata dan telinga serta memanfaatkannya secara maksimal. Mulai dari lembaga pendidikan tingkat dasar (SD,SLTP,SMLTA-red) sekarang juga telah menyediakan fasilitas berupa laboratorium tempat penelitian atau internet yang dapat diakses secara mudah tanpa dipungut biaya. Tentu saja yang menjadi perhatian di sini, sudahkah lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi memanfaatkan secara maksimal atau menjadi bagian dari perkembangan dunia teknologi dan informasi yang ada saat ini? Tidak hanya perguruan tinggi umum saja tapi juga perguruan tinggi agama selayaknya juga harus peka terhadap teknologi, jangan gaptek (gagap teknologi).
Lalu bagaimana halnya dengan yang terjadi di kampus Islami kita saat ini? Di sini sebenarnya kita tidak ingin membanding-bandingkan kampus IAIN Imam Bonjol Padang dengan kampus lainnya yang ada di kota Padang dalam hal tanggap teknologi dan informasi. Jika kita melihat hanya dari segi pemakaian teknologi yang tepat guna seperti handphone, tentunya sudah bukan barang baru lagi. Hampir setiap mahasiswa ataupun unsur-unsur yang ada di Kampus IAIN Imam Bonjol Padang seperti, dosen, karyawan, bahkan penjaga kantin pun menggunakan dan memiliki handphone untuk berkomunikasi. Namun bagaimana memanfaatkannya itu semua tergantung kepada mereka.
Lain halnya jika kita bertanya, apakah lembaga pendidikan yang telah berdiri lama ini telah maksimal dalam pemanfaatan teknologi yang berkaitan dengan informasi. Jawabannya sangat mudah, sama sekali belum. Seperti yang kita lihat dan sadari semua hal yang berkaitan dengan proses akademis masih berjalan manual. Semuanya masih dikerjakan secara sederhana. Dapat dicontohkan dalam proses daftar ulang mahasiswa tiap semesternya. Jika kita masih ingin terdaftar sebagai mahasiswa di kampus Islami ini, kita harus menyewa travel dan meninggalkan kampung hanya untuk sekedar membayar uang SPP pada semester berikutnya. Untuk mengetahui bagaimana hasil proses belajar mengajar selama 1 semester dalam jangka waktu yang cukup lama, 6 bulan. Berbeda halnya dengan kampus lainnya yang cuma memerlukan waktu 2-3 minggu saja. Padahal untuk hal-hal “mudah” semacam ini teknologi informasi sudah banyak tersedia.
Kenapa IAIN IB Padang sebagai perguruan tinggi agama tertua di Sumatera masih lamban dalam memanfaatkan itu semua? Satu yang bisa dibanggakan dalam hal ini karena kampus ini ternyata sudah punya Website, namun mirisnya Website ini ternyata sampai detik ini tidak pernah berubah sejak Tahun 2005. hal ini ditandai dengan kabar-kabar tentang IAIN IB yang tidak update. Semua berita yang dimuat tentang kampus ini sudah kadaluarsa .
Ade Faulina
Wakil Pemimpin Umum
2 komentar:
aslmm.koe jursn pgmi
ndak ba do kita bngkitkan suara kampus iain ib padang:-)
thanks ya infonya !!!
www.bisnistiket.co.id
Posting Komentar